Makalah Design Penelitian Kohort Retrospektif
KOHORT RETROSPEKTIF
A. Pengertian Kohort Retrospektif
Studi
Kohort adalah studi yang mempelajari hubungan antara faktor risiko dan efek
(penyakit atau masalah kesehatan), dengan memilih kelompok studi berdasarkan
perbedaan faktor risiko. Kemudian mengikuti sepanjang periode waktu tertentu
untuk melihat berapa banyak subjek dalam masing-masing kelompok yang mengalami
efek penyakit atau masalah kesehatan.
Studi
kohort dibedakan menjadi dua, yaitu: kohort prospektif dan kohort retrospektif.
Studi kohort disebut prospektif apabila faktor risiko, atau faktor penelitian
diukur pada awal penelitian, kemudian dilakukan follow up untuk melihat
kejadian penyakit dimasa yang akan datang. Lamanya follow up dapat ditentukan
berdasarkan lamanya waktu terjadinya penyakit.
Pada studi kohort retrospektif,
faktor risiko dan efek atau penyakit sudah terjadi dimasa lampau sebelum
dimulainya penelitian. Dengan demikian variabel tersebut diukur melalui catatan
historis.
Prinsip
studi kohort retrospektif
tetap sama dengan kohort prospektif,
namun pada studi ini,pengamatan dimulai
pada saat akibat (efek) sudah terjadi.
Prinsip
studi kohort retrospektif tetap sama dengan kohort prospektif, namun pada studi
ini, pengamatan dimulai pada saat akibat (efek) sudah terjadi. Yang terpenting dalam
studi retrospektif adalah populasi yang diamati tetap memenuhi syarat populasi
kohort, dan yang diamati adalah faktor risiko masa lalu yang diperoleh melalui
pencatatan data yang lengkap. Dengan demikian, bentuk penelitian kohort
retrospektif hanya dapat dilakukan, apabila data tentang faktor risiko tercatat
dengan baik sejak terjadinya paparan pada populasi yang sama dengan efek yang
ditemukan pada awal pengamatan.
B. Karakteristik Studi Kohort
Pada studi kohort,
pemilihan subjek dilakukan berdasarkan status paparannya, kemudian dilakukan
pengamatan dan pencatatan apakah subyek mengalami outcome yang diamati atau tidak. Studi kohort memiliki
karakteristik:
1.
Studi kohort bersifat observasional
2.
Pengamatan dilakukan dari sebab ke akibat
3. Studi kohort sering disebut sebagai studi
insidens
4.
Terdapat kelompok kontrol
5.
Terdapat hipotesis spesifik
6.
Dapat bersifat prospektif ataupun retrospektif
7.
Untuk kohort retrospektif, sumber datanya menggunakan data sekunder
C. Langkah-Langkah Dalam Studi Kohort
Dalam melakukan studi kohort, peneliti sebaiknya melakukan tahapan
sebagai berikut:
1.
Merumuskan pertanyaan penelitian dan hipotesis
Langkah pertama yang harus dilakukan oleh peneliti, adalah merumuskan
masalah atau pertanyaan penelitian, menentukan apa yang menjadi variabel dalam
penelitian, baik variabel dependen, maupun variabel independen, dan yang
selanjutnya peneliti akan merumuskan hipotesa penelitian.
2.
Menentukan kelompok terpapar dan tidak terpapar
Pada studi kohort, harus diperhatikan
mengenai penentuan kelompok yang akan mendapat paparan dengan kelompok yang
tidak akan mendapat paparan. Pemilihan kelompok terpapar yang berasal dari
populasi umum memungkinkan peneliti mendapatkan informasi yang lengkap dan
akurat dari subjek penelitian.
Populasi umum merupakan
pilihan yang tepat pada beberapa keadaan, seperti:
1.
Prevalensi paparan pada populasi cukup tinggi
2.
Batas geografik jelas, dan secara demografik stabil
3.
Ketersediaan catatan demografi yang lengkap dan up to date
Selain populasi umum, kita dapat menggunakan populasi khusus. Populasi
khusus merupakan alternatif pada keadaan apabila prevalensi paparan dan
kejadian penyakit pada populasi umum rendah, dan adanya kemudahan untuk
memperoleh informasi yang akurat.
Kelompok tidak terpapar atau kelompok kontrol dalam penelitian kohort
adalah kumpulan subjek yang tidak mengalami pemaparan, atau pemaparannya
berbeda dengan kelompok target. Penentuan kelompok tidak terpapar dapat dipilih
dari populasi yang sama dengan populasi kelompok terpapar, dan dapat dipilih
dari populasi yang bukan asal kelompok terpapar, tetapi harus dipastikan kedua
populasi harus sama dalam hal faktor faktor yang merancukan penilaian hubungan
antara paparan dan penyakit yang sedang diteliti.
Kelemahan dalam menggunakan populasi umum adalah derajat kesehatan
berbeda, data kependudukan, kesehatan, dan catatan medik pada populasi umum
tidak seakurat pada populasi khusus.
3.
Menentukan Sampel
Hitung perkiraan besarnya sampel yang dibutuhkan. Untuk menentukan
perkiraan besarnya sampel satu kohort dapat digunakan rumus dari Sndecor and
Cochran. Untuk dua kohort, terutama untuk pengujian hipotesis, harus diperhatikan
kekuatan uji yaitu 1-β.4.
4. Pengambilan
data dan pencatatan
Kedua kelompok yang telah ditetapkan, yaitu kelompok terpapar dan
kelompok tidak terpapar, kemudian diikuti selama jangka waktu tertentu sesuai
dengan waktu yang telah ditetapkan dalam penelitian. Selanjutnya peneliti
melakukan pencatatan semua keterangan yang telah diperoleh sesuai tujuan
penelitian.
5.
Pengolahan dan analisis data hasil penelitian
Semua data yang telah diperoleh, meliputi data kejadian penyakit yang
dialami oleh kelompok terpapar dan kelompok tidak terpapar, dilakukan
pengolahan data agar dapat ditangani dengan mudah, meliputi kegiatan editing,
coding, processing, dan cleaning. Selanjutnya data yang diperoleh disajikan
dalam tabel.
Table kontingensi
2x2
Faktor resiko
|
Penyakit
|
Total
|
|
Ya
|
Tidak
|
||
Terpapar
|
a
|
b
|
a+b
|
Tidak
Terpapar
|
c
|
d
|
c+d
|
Total
|
a+c
|
b+d
|
a+b+c+d=N
|
Setelah data diolah, dilakukan analisis data
secara univariat dan bivariat, atau multivariat. Untuk menilai apakah paparan
(faktor risiko) yang dialami subjek sebagai penyebab timbulnya penyakit,
dilakukan uji kemaknaan dengan uji statistik yang sesuai. Keputusan uji
statistik dapat dicari dengan pendekatan klasik ataupun probabilistik.
Pada penelitian kohort, peneliti menghitung besarnya risiko yang
dihadapi kelompok terpapar untuk terkena penyakit menggunakan perhitungan
Relative risk/ RR (risiko relatif) dan Atribute risk/ AR (risiko atribut). RR
adalah perbandingan antara insidensi penyakit yang muncul dalam kelompok
terpapar dan insidensi penyakit yang muncul dalam kelompok tidak terpapar.
Analisis
a.
Insiden Risk ( IR ) = a/ (a+b)
b.
Relative Risk ( RR ) = IR kelompok
terpapar : IR kelompok tidak terpapar = (a/a + b) : (c/c + d)
c.
Attributable
Risk = IR kelompok terpapar – IR kelompok tidak terpapar
RR harus selalu disertai nilai interval kepercayaan yang dikehendaki,
misalnya 95%. Interpretasi hasil RR adalah:
1.
Jika nilai RR = 1, berarti variabel yang diduga sebagai faktor risiko
tidak ada pengaruh dalam terjadinya efek.
2.
Jika nilai RR > 1 dan rentang interval kepercayaan tidak mencakup
angka 1, berarti variabel tersebut faktor risiko dari penyakit.
3.
Jika nilai RR < 1 dan rentang nilai interval kepercayaan tidak
mencakup angka 1, berarti faktor risiko yang kita teliti merupakan faktor
protektif untuk terjadinya efek.
4.
Jika nilai interval kepercayaan RR mencakup nilai 1, berarti mungkin
nilai RR = 1 sehingga belum dapat disimpulkan bahwa faktor yang kita teliti
sebagai faktor risiko atau faktor protektif.
D. Kekuatan Dan Kelemahan Studi Kohort
Kekuatan
studi kohort, meliputi:
1. Pada
awal penelitian, sudah ditetapkan bahwa subjek harus bebas dari penyakit,
kemudian diikuti sepanjang periode waktu tertentu sampai timbulnya penyakit
yang diteliti, sehingga sekuens waktu antara faktor risiko dan penyakit atau
efek dapat diketahui secara pasti.
2. Dapat
menghitung dengan akurat jumlah paparan yang dialami populasi.
3. Dapat
menghitung laju insidensi atau kecepatan terjadinya penyakit, karena penelitian
dimulai dari faktor risiko sampai terjadinya penyakit.
4. Dapat
meneliti paparan yang langka.
5. Memungkinkan
peneliti mempelajari sejumlah efek atau penyakit secara serentak sebuah
paparan. Misalnya, apabila kita telah mengidentifikasi kohort berdasarkan
pemakaian kontrasepsi oral (pil KB), maka dengan studi kohort dapat diketahui
sejumlah kemungkinan efek kontrasepsi oral pada sejumlah penyakit, seperti
infark miokardium, kanker payudara, dan kanker ovarium.
6. Dapat
memeriksa dan mendiagnosa dengan teliti penyakit yang terjadi.
7. Bias
dalam menyeleksi subjek dan menentukan status paparan kecil
8. Hubungan
sebab akibat lebih jelas dan lebih meyakinkan.
Kelemahan
studi kohort, meliputi:
1. Tidak
efisien dan praktis untuk mempelajari kasus yang langka
2. Pada
studi prospektif, akan memerlukan biaya banyak (mahal), dan membutuhkan banyak
waktu.
3. Pada
studi retrospektif, membutuhkan ketersediaan catatan yang lengkap dan akurat.
4. Validitas
hasil penelitian dapat terancam, karena adanya subjek subjek yang hilang pada
saat follow-up.
5. Dapat
menimbulkan masalah etika, karena peneliti membiarkan subjek terkena pajanan
yang merugikan.
Terima kasih kak artikel ini sangat membantu, untuk kedepannya saya harap ada contoh penelitian dengan desain cohort kemudian jg ada contoh perhitungan RR
BalasHapus